Latest Stories

Sejarah dan Perkembangan sepak bola

Definisi Sepak Bola

Sepak bola adalah permainan dengan alat bola yang dimainkan oleh 2 tim. Masing – masing tim terdiri dari sebelas orang pemain. Sepak bola hingga hari ini telah dimainkan lebih dari 250 juta orang dari lebih dari dua ratus negara. Sepak Bola adalah permainan yang paling populer sekarang ini.
Para pemain bola berusaha memasukkan bola ke dalam gawang sebanyak – banyaknya ke dalam gawang lawannya. Sepak bola dimainkan dalam lapangan berumput berbentuk persegi panjang dan memiliki 2 buah gawang. Bola yang digunakan biasanya hanya terdiri dari 1 bola dan para pemain hanya boleh menggunakan kakinya untuk menggiring. Pemain bola tidak boleh menyentuh bola dengan tangan atau lengan, hanya kiper saja yang boleh memegang bola dengan tangan atau lengan, itupun hanya sebatas di daerah gawangnya. Pemain juga boleh menyentuh bola dengan dadanya untuk mengontrol dan menggunakan kepalanya untuk menyundul bola.
Pertandingan bola biasanya terdiri dari 45 menit x 2. Selama pertandingan berlangsung, masing masing tim harus mencetak gol lebih banyak dari lawannya. Bila ternyata sampai waktu pertandingan selesai dan hasil pertandingan masih seri, maka dapat dilakukan undian, perpanjangan waktu maupun adu pinalti yang mana keputusannya tergantung dari penyelenggara pertandingan.

Sejarah Sepak Bola

Sepak Bola pertama kali dimainkan pada awal abad ke 2 sebelum masehi di China. Pada waktu itu, mereka memainkan sepak bola dengan cara di giring dengan kakinya menggunakan sebuah benda bulat yang terbuat dari kulit, pemain yang berhasil menendangnya ke jaring kecillah pemenangnya. Sejarah sepak bola juga tidak terlepas dari negara jepang yang juga sudah mengenal bola pada abad ke 16. Permainan sepak bola di negara jepang disebut juga dengan “Kemari”. Sepak bola pada zaman sebelumnya masih belum dikembangkan dan hanya dimainkan secara tradisional. Ketika sepak bola tiba di Inggris, ternyata rakyat Inggris sangat menggemari olahraga ini dan memperbaiki beberapa peraturannya.
Pada tahun 1365, Raja Edward III melarang permainan sepakbola di seluruh Inggris karena banyaknya kekerasan yang terjadi selama pertandingan. Namun sepakbola menjadi terkenal kembali berkat perkembangan pada peraturan sepak bola modern pada tahun 1863 dimana sekitar sebelas sekolah dan klub sepak bola berkumpul untuk merumuskan aturan baru dalam permainan sepak bola. Pada waktu itu pula dibedakan antara olahraga Rugby dan Sepak Bola.
Pada tahun 1869, keluar peraturan yang melarang pemain untuk membawa bola dengan tangan dan hanya boleh digiring dengan menggunakan kaki. Sepak bola kemudian berkembang ke belahan dunia lainnya pada abad ke 18, dimana sepak bola dikenalkan oleh pelaut, pedagang dan tentara Inggris. FIFA dibentuk pada tahun 1904 sebagai asosiasi tertinggi sepak bola yang mengatur penyelenggaraan dan peraturan permainan sepak bola.

Peraturan Sepak Bola

Pemain Sepak Bola terdiri dari 11 orang pemain dimana formasinya ditentukan oleh masing – masing tim namun biasanya formasinya terdiri dari: seorang penjaga gawang, 2 – 4 orang pemain bertahan, 2 – 4 orang pemain tengah dan 1 – 3 orang pemain penyerang. Penjaga gawang adalah satu – satunya pemain yang boleh memegang bola untuk melindungi gawang dari serangan tim lawannya. Biasanya penjaga gawang memakai seragam yang berbeda dari pemain lainnya. Pemain bertahan bertugas menjaga pertahanan dari tim lawan. Pemain tengah dibagi lagi dengan yang bermain dekat dengan penyerang dan pemain tengah bertahan yang dekat dengan pemain bertahan, sedangkan sesuai dengan namanya penyerang memiliki tugas untuk menyarangkan bola ke gawang tim lawan.
Posisi dasar pemain dapat mengalami modifikasi menjadi berbagai pola atau taktik permainan. Beberapa pola pemain yang sering digunakan dalam berbagai kejuaraan adalah 4-4-2 (paling sering digunakan), 3-4-2-1 (kekuatan terletak di bagian tengah lapangan), serta 4-3-3 (formasi klasik dari tahun 1970-an yang sering digunakan oleh sistem total football Belanda dan Jerman Barat ).

Sepak Bola di Indonesia

Sepakbola di Indonesia sebenarnya telah di mulai sejak tahun 1914 saat sebagian besar wilayah Nusantara di jajah Pemerintahan Belanda. Kompetisi antar kota di jawa tersebut hanya di juarai oleh dua tim atau di dominasi dua tim saja, yaitu Batavia City, Soerabaja City. Berikut daftar juaranya sejak 1914-1930 :
1914 BATAVIA
1915 BATAVIA
1916 SOERABAJA
1917 SOERABAJA
1918 BATAVIA
1919 BATAVIA
1920 BATAVIA
1921 BATAVIA
1922 SOERABAJA
1923 BATAVIA
1924 SOERABAJA
1925 BATAVIA
1926 SOERABAJA
1927 BATAVIA
1928 SOERABAJA
1929 BATAVIA
1930 SOERABAJA
Sejarah Sepakbola Indonesia Kompetisi NIVB
Liga Kota Jawa
1931 VIJ Jakarta VVB Solo
1932 PSIM Jogjakarta VIJ Jakarta
1933 VIJ Jakarta BIVB Bandung
1934 VIJ Jakarta BIVB Bandung
1935 VVB Solo PPVIM Jatinegara Jakarta
1936 VVB Solo BIVB Bandung
1937 BIVB Bandung VVB Solo
1938 VIJ Jakarta SIVB Soerabaja
1939 VVB Solo PSIM Jogjakarta
1940 VVB Solo PSIM Jogjakarta
1941 SIVB Soerabaja PSIM Jogjakarta
1942 VVB Solo SIVB Soerabaja
1943 VVB Solo PSIM Jogjakarta
Sejarah Sepakbola Indonesia Liga Perserikatan
Liga Kota Jawa
Kompetisi NIVB
PSSI United League (Perserikatan) Since 1948
1948 PERSISSOLO PSIM
1950 PERSEBAYA PERSIB
1951 PERSEBAYA PERSIJA
1952 PERSEBAYA PERSIJA
1954 PERSIJA PSMS
1957 PSM PSMS
1959 PSM PERSIB
1961 PERSIB PSM
1964 PERSIJA PSM
1965 PSM PERSEBAYA
1966 PSM PERSIB
1967 PSMS PERSEBAYA
1971 PSM PERSEBAYA
1973 PERSIJA PERSEBAYA
1975 PERSIJA // PSMS * (Juara Bersama)
1978 PERSEBAYA PERSIJA
1979 PERSIJA PSMS
1980 PERSIRAJA PERSIPURA
1983 PSMS PERSIB
1985 PSMS PERSIB
1986 PERSIB PERSEMAN
1987 PSIS PERSEBAYA
1988 PERSEBAYA PERSIJA
1990 PERSIB PERSEBAYA
1992 PSM PSMS
1994 PERSIB PSM
Sejarah Sepak Bola Modern di Indonesia dimulai dengan terbentuknya PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia ) pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta dengan ketuanya Soeratin Sosrosoegondo. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisa saat- saat sebelum, selama dan sesudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir, karena dibidani politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih – benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali ke tanah air Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda “Sizten en Lausada” yang berpusat di Yogyakarta. Disana ia merupakan satu – satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu. Akan tetapi, didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari “Sizten en Lausada” ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda.
Untuk melaksanakan cita – citanya itu, Soeratin mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh – tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung . Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian ketika diadakannya pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri – ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan, yang selanjutnya di lakukan juga pematangan gagasan tersebut di kota Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain – lain. Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil – wakil dari VIJ (Sjamsoedin – mahasiswa RHS); wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot; Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo; Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo Soekarno; Madioensche Voetbal Bond (MVB), Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) E.A Mangindaan (saat itu masih menjadi siswa HKS/Sekolah Guru, juga Kapten Kes.IVBM) Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji. Dari pertemuan tersebut maka, lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) nama PSSI ini diubah dalam kongres PSSI di Solo 1950 menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang juga menetapkan Ir. Soeratin sebagai Ketua Umum PSSI.
Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dkk segera menyusun program yang pada dasarnya “menentang” berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda melalui NIVB. PSSI melahirkan “stridij program” yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut “Steden Tournooi” dimulai pada tahun 1931 di Surakarta .
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI , kemudian menggugah Susuhunan Paku Buwono X, setelah kenyataan semakin banyaknya rakyat pesepakbola di jalan – jalan atau tempat – tempat dan di alun – alun, di mana Kompetisi I perserikatan diadakan. Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan “Sepakbola Kebangsaan” yang digerakkan PSSI. Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan semakin gencar.
Lebih jauh Soeratin mendorong pula pembentukan badan olahraga nasional, agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh melawan dominasi Belanda. Tahun 1938 berdirilah ISI (Ikatan Sport Indonesia), yang kemudian menyelenggarakan Pekan Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo.
Karena kekuatan dan kesatuan PSSI yang kian lama kian bertambah akhirnya NIVB pada tahun 1936 berubah menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan mulailah dirintis kerjasama dengan PSSI. Sebagai tahap awal NIVU mendatangkan tim dari Austria “Winner Sport Club “ pada tahun 1936.
Pada tahun 1938 atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938, namun para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU walaupun terdapat 9 orang pemain pribumi / Tionghoa. Hal tersebut sebagai aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu sesuai dengan perjanjian kerjasama antara mereka, yakni perjanjian kerjasama yang disebut “Gentelemen’s Agreement” yang ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Jogyakarta. Selain itu, Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin membatalkan secara sepihak Perjanjian dengan NIVU tersebut.
Soeratin mengakhiri tugasnya di PSSI sejak tahun 1942, setelah sempat menjadi ketua kehormatan antara tahun 1940 – 1941, dan terpilih kembali di tahun 1942.
Masuknya balatentara Jepang ke Indonesia menyebabkan PSSI pasif dalam berkompetisi, karena Jepang memasukkan PSSI sebagai bagian dari Tai Iku Kai, yakni badan keolahragaan bikinan Jepang, kemudian masuk pula menjadi bagian dari Gelora (1944) dan baru lepas otonom kembali dalam kongres PORI III di Yogyakarta (1949).
Setelah wafatnya Soeratin Sosrosoegondo, prestasi tim nasional sepak bola Indonesia tidak terlalu memuaskan karena pembinaan tim nasional tidak diimbangi dengan pengembangan organisasi dan kompetisi. Pada era sebelum tahun 1970-an, beberapa pemain Indonesia sempat bersaing dalam kompetisi internasional, di antaranya Ramang, Sucipto Suntoro, Ronny Pattinasarani, dan Tan Liong Houw. Dalam perkembangannya, PSSI telah memperluas kompetisi sepak bola dalam negeri, di antaranya dengan penyelenggaraan Liga Super Indonesia, Divisi Utama, Divisi Satu, dan Divisi Dua untuk pemain non amatir, serta Divisi Tiga untuk pemain amatir. Selain itu, PSSI juga aktif mengembangkan kompetisi sepak bola wanita dan kompetisi dalam kelompok umur tertentu (U-15, U-17, U-19,U21, dan U-23).

Categories:

Leave a Reply